"Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kepadaku dari sisi-Mu anak keturunan yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa." (Q.S.Imran [3]: 38)

Sabtu, 04 Desember 2010

Puzzle

Hari ini tanggal 4 Desember, Ahmad berhasil membuat game pertamanya. Walau bukan game seperti ini yang ingin sekali dibuatnya (masih dalam projek).



Silakan dicoba.

Jumat, 12 November 2010

Martabak

Hari ini membuat kulit martabak, berhubung semua suka martabak. Belum apa-apa, Asiah bilang bagaimana kalau kita jual martabaknya, he he.
Asiah memang ingin punya toko yang menjual makanan. Tiap hari main pura-pura jadi penjual makanan, berpura-pura menawarkan makanan dan berpura-pura membuat makanan.

Penjual makanan, keinginan yang mungkin tak pernah terpikir oleh anak jamanku dulu, karena memang tidak keren, padahal anak di luar Indonesia, yang saya tahu Jepang. Profesi ini termasuk dalam pilihan anak ketika dewasa.

Apapun pilihanmu Nak, semoga bisa bermanfaat untukmu dan orang lain, dan kamu tidak menjadi beban orang lain.

Rabu, 10 November 2010

Aku Ingin Membaca

Siang hari ini, tiba-tiba saja Asiah ingin membaca buku. Judul buku yang ingin dibacanya "Aku Anak Jujur". Ceritanya Asiah ingin memperlihatkan kepadaku bahwa dia sudah bisa membaca buku berbahasa Indonesia.
Walau belum lancar benar untuk anak yang tak diajari membaca buku bahasa Indonesia, menurutku sudah bagus.
Asiah berusaha membaca satu buku berbahasa Indonesia siang hari ini.

Kapan Asiah belajarnya ya, yang saya tahu Asiah senang menuliskan kata namanya, nama adiknya dan kakaknya di komputer. Membuka-buka majalah berbahasa Indonesia sendiri, kadang-kadang saja saya bacakan.

Alhamdulillah sudah bisa, semoga jadi senang membaca ya.

Sabtu, 06 November 2010

Kejutan

"Ummi, sini lihat aku nih, aku sudah bisa loh", ucap Asiah sambil menuliskan angka 8-4.
"Coba Ummi tahu tidak?", ucapnya lagi.
"Memangnya berapa?", jawabku.
"Empat", jawab Asiah.

Kalau Asiah sudah bilang bisa dengan sendirinya, insyaAllah memang bisa.

Aku tak mengajari Asiah pengurangan, selain itu Asiah hanya rutin mengerjakan lembar penambahan, tapi sekarang Asiah sudah bisa pengurangan.

Jumat, 05 November 2010

Ucapan Ultah Untuk Tante



Ucapan di atas adalah untuk tante kesayangan Ahmad.
Penulisan kata ulang tahun masih terpengaruh bahasa Jepang.
Ahmad menulis kata ulang dengan ulan.
Kata ulang tahun tidak diberi spasi.
Ketika diberi tahu tidak mau diganti karena katanya malas kalau harus membetulkan dari awal.

Walaupun sudah bisa membaca tulisan bahasa Indonesia, untuk penulisan bahasa Indonesia, Ahmad masih harus belajar banyak.
Walaupun sekarang bukan berarti tidak ada kemajuan, alhamdulillah sekarang sudah mau menuliskan kata dengan tulisan kecil semua atau besar semua tidak dicampur besar dan kecil.
Memulai kalimat dengan kata pertama menggunakan huruf besar, pemakaian titik sudah mulai mengerti.

Ahmad memang masih mengaggap bahasa Jepang lebih mudah dari bahasa Indonesia.

Minggu, 31 Oktober 2010

Banner Jualan Ummi

Hari ini Ahmad membuatkan banner iklan untuk jualanku. Senangnya. Terima kasih ya Ahmad.


Rabu, 27 Oktober 2010

Flash 8





Sudah sejak 1 bulan ini Ahmad belajar flash 8. Walau sempat patah semangat, tapi berhasil bangkit lagi, alhamdulillah. Aku sebagai ibunya hanya bisa memberi semangat. Bagaimanapun untuk bisa mengerti flash tanpa kemauan untuk bisa dari Ahmad tidak mungkin terjadi.
Keinginan terbesar dari Ahmad adalah bisa membuat game dengan flash. Menurut pengakuan Ahmad, untuk membuat banner dan animasi, dia sudah bisa (percaya diri mode).
Ditunngu karyanya ya...

Rabu, 22 September 2010

Game Online

Bermain game online, aku pribadi tidak melarang anak bermain game online, yang aku larang adalah bermain game online sepanjang hari, sampai lupa melakukan kegiatan yang lain, seperti makan, minum, beribadah dan yang lainnya. Selama porsi wajar dan anak tidak melupakan tugasnya yang lain kenapa harus melarang.

Aku selama ini melihat dari bermain game anakku banyak belajar. Ketika sedang bermain game online baru anakku sedang melihat ide lain membuat game, selanjutnya anakku akan mencoba sendiri cara membuat game tersebut selama ini masih dengan program strach, atau anakku bisa melihat kenapa animasi dengan adobe flash 8 bisa lebih bagus gambarnya bila dibanding dengan menggunakan yang lain misalnya (terus terang ketika anakku mengajak berbicara mengenai hal ini aku sendiri tak mengerti).
Jadi tak perlu terlalu khawatir dengan game online, buat perjanjian mengenai waktu dan arahkan mengenai game yang baik dimainkan dan ajak anak mengambil pelajaran dari game yang dimainkan (biasanya anak akan mengambil pelajaran dengan sendirinya).

Beberapa game anak bisa dilihat di sini.

Selasa, 21 September 2010

Menolak Rejeki

Kemarin anak kedua dan ketiga sakit, sehingga tidak bisa keluar rumah, walau hanya mengirim oleh-oleh dari kampung halaman.
Terpaksa hanya anak kesatu saja yang aku minta untuk mengirimkan oleh-oleh itu untuk tetangga.

Setelah pulang ke rumah anak kesatu bilang,"Ummi tadi Ibu sebelah rumah mau kasih krupuk pedas, tapi aku tidak mau, karena takut adik mau padahal sekarang kan sedang sakit batuk-batuk."
Dengan enaknya aku menjawab,"Diambil saja". Padahal aku belum mengerti dengan maksud baik anakku itu, kupikir kenapa tidak disimpan dulu.

Itulah pilihan anakku untuk menunjukkan rasa berempati kepada adiknya. Menolak rejeki dapat krupuk pedas dari padang.

Jumat, 03 September 2010

Belikan Poccari

Alhamdulillah anak keduaku sudah sembuh dari sakitnya, sebelumnya sempat panas dan bab selama dua hari.
Ketika sedang berbincang di meja makan. Anak keduaku teringat dengan teman mainnya.
"Bu, temanku juga sakit, muntah-muntah dan semua badannya sakit. Aku sakit dibelikan macam-macam, tapi bapak temanku uangnya sedikit pasti temanku tidak dibelikan apa-apa. Bu, belikan temanku poccari supaya temanku cepat sembuh seperti aku", pinta anak keduaku ketika masih belum sembuh benar.

Aku tak menjawab, sebenarnya aku ingin memenuhi permintaan anak keduaku tapi aku tak bisa pergi karena anak keduaku masih sakit ketika itu dan ketika anakku sudah sembuh akupun lupa, baru sekarang ketika menuliskan cerita ini aku teringat. Bahkan aku tidak tahu kondisi teman anakku sekarang.
Semoga tidak terlambat atau semoga teman anakku sudah sembuh, aku akan pergi menengok anak itu sambil membawa poccari.

"Ya Allah jagalah kebersihan hati anakku."

Mendapat Hadiah

Kebiasaan di masjid dekat rumah, setiap habis solat subuh akan dibacakan hadits.
Sepulang sholat subuh, anak kesatu langsung bilang,"bu, katanya laki-laki kalau bekerja mencari uang untuk keluarganya akan diberi hadiah oleh Allah."
"Kok, ibu sudah tahu?", katanya lagi.
"Iya tahu dari buku", jawabku.(Itu pun ketika ibu sudah dewasa)

Sehari sebelumnya aku memang berbicara dengan anak kesatu tentang masalah ini, mengenai tugas seorang bapak. Walaupun anak kesatu masih 8 tahun menurutku tak ada alasan menunda membicarakan hal ini, apalagi bila dia yang bertanya.

Bagi seorang pemuda Islam, bekerja bukan sekedar mencari uang atau harta, karena ganjarannya surga bila dilakukan dengan ikhlas.

Minggu, 22 Agustus 2010

Usaha Bersama

Sebenarnya ini cerita sudah lama. Ingin sekali menuliskannya tapi lupa terus.

"Nanti kalau sudah besar saya ingin berjualan makanan", kata anak pertamaku.

"Kamu ingin jual apa?", tanya anak pertamaku kepada adiknya.

"Mmh, jual kue", sahut adiknya bersemangat.

"Nanti kita buka toko sama-sama, biar jualannya macam-macam", sahut kakaknya.

"Ada makanannya, tapi ngga ada minumannya, aku jualan es krim juga deh", sahut adiknya lagi.

"Iya ya es krim", kakaknya menyetujui.

"Bu bolehkan kita jualan sama-sama?", tanya anak pertama kepadaku.

"Tentu boleh sayang", jawabku

"Nanti Maryam kita ajak ya?", tanya anak pertama kepada adiknya.

"Iya, Maryam jual apa ya", jawab adiknya.



Obrolan lucu kakak dan adik.
Semoga impian kalian menjadi kenyataan ya. Dan kalian rukun selalu.

Dipublish

Beberapa hari yang lalu aku dan anak-anakku membuat bola-bola ubi untuk berbuka puasa. Mereka senang membuatnya dan sudah ingin segera memakannya. Tapi karena puasa, makannya ketika buka, kecuali anak ketigaku yang masih 2 tahun lebih duluan memakannya.

Ketika waktunya berbuka, anak pertama dan kedua sudah tak sabar ingin memakan bola-bola ubi itu.
"Bola-bola ubinya lembut, enak", kata anak pertamaku.
"Bagaimana kalau dipublish?", lanjutnya lagi.
"Biar orang tahu kalau ini enak, dan kita bisa jualan", begitu katanya lagi.

Anak pertamaku memang ingin sekali bisa jualan.
Semoga bisa jadi pengusaha sukses ya Nak.

Rabu, 18 Agustus 2010

Perkalian

Baru-baru ini aku dikejutkan oleh kemampuan anak keduaku (5 tahun). Secara aku dan kakaknya tidak pernah mengajarinya secara serius tentang perkalian dan itupun hanya selewat.

"Bu, aku ingin main game perkalian", pinta anak keduaku.

Aku tak begitu menghiraukan, dalam pikiranku (belum bisa dan masih kecil), tapi anak keduaku terus merengek. Akhirnya kutanya anak keduaku itu.

"Memangnya perkalian itu apa sih?", tanyaku.
"Perkalian itu kalau 2x1 berarti 2-nya satu kali", anak keduaku berusaha menjelaskan.
"Kalau begitu coba 2x1 berapa? 2x2? 3x1? 3x2? 3x3? 3x5? 9x2," tanyaku

Semua dijawab dengan benar.
Langsung aku buka tautan game perkalian.

Sewaktu kutanya, darimana tahu perkalian. Anakku bilang dari kakaknya.

Kalau diri ingin merasa bisa dan kemampuan ada tak perlu dihalangi.

Senin, 19 Juli 2010

Kesanku

Yang paling berkesan dengan pendidikan di Jepang (anak saya hanya sampai kelas 2 caturwulan kedua).

Gurunya menghargai proses perubahan ke arah kebaikan itu memang ditempuh dengan kesabaran.
Ketika masuk kelas 2 sd catur wulan kedua, anakku terlihat ogah-ogahan berangkat ke sekolah, alhasil anakku terlambat mengikuti pelajaran. Selama satu catur wulan, guru anakku tak pernah memanggilku dan akupun membiarkan anakku terlambat, tak ada caci maki, karena bila aku tanya anakku ternyata gurunya pun berbuat sama, hanya menyemangati saja, tak jauh dengan yang kulakukan.
Perlahan memang terjadi perubahan pada diri anakku.
Ketika pertemuan orang tua murid dan guru yang memang selalu dijadwalkan, barulah guru anakku berbicara mengenai hal seringnya anakku terlambat. "Ahmad sudah berusaha dengan baik untuk tidak datang terlambat lagi", begitu kata guru anakku.

Penjadwalan pertemuan orang tua murid dan guru adalah untuk membicarakan mengenai perkembangan selama di sekolah anak muridnya, semua tampak tercatat. Dan guru biasanya akan menanyakan kepada orang tua "apakah ada hal yang ingin dibicarakan bersama tentang anaknya". Semua orang tua diundang, bukan satu atau dua orang tua yang anaknya dianggap bermasalah.
Selain itu sebelum acara pertemuan orang tua dan murid, orang tua dipersilakan melihat proses belajar mengajar di kelas.

Guru berusaha mengenal anak lebih dekat, misalnya dengan ada buku bercerita kepada guru. Sebetulnya ini adalah tamparan keras bagiku sebagai orang tua untuk membenahi kembali hubungan baik dengan anak, bagaimana jadinya bila anak lebih percaya guru, mau curhat ke guru. Walaupun sejauh yang kutahu anakku hanya bercerita tentang sesuatu yang dianggapnya menyenangkan dan itupun masih tetap harus diingatkan, tidak terlalu senang dengan adanya tugas ini.

Pendidikan kemandirian, pedidikan tentang hidup, bagaimana menjadi orang baik itu yang ditekankan.

Jumat, 09 Juli 2010

Pertanyaan-Pertanyaan Itu

"Memangnya ada ya yang homeschooling selain kami di lingkungan kami?"
Seakan-akan bila tidak ada yang melakukan hs di lingkungan berarti tidak bisa hs karena tidak ada teman. Sosialisasi sempit, hanya mencari yang homogen.

"Bagaimana dengan ijazahnya?"
Kan ada ujian kesetaraan, bukannya anak sekolah juga bila tidak lulus UAN akan ikut ujian kesetaraan.

"Bagaimana dengan standardisasinya?"
Setiap anak diberi kemampuan yang berbeda, unik. Dengan hs, aku bisa mengikuti percepatan anakku, seperti ketika belajar mengenai jam. Mungkin bila di sekolah waktu membahas mengenai jam sudah terjadwal, mengerti atau tidak anak muridnya, pelajaran harus segera diganti. Tapi karena anakku hs, aku bisa memberi waktu agar anakku paham berdasarkan kemampuan anakku, bisa cepat atau lambat.

"Bagaimana sosialisasinya?"
Anak-anakku bisa bergaul dengan bayi, anak seusianya, orang tua, tukang roti dan para pembantu sekali pun. Tak ada sekat dalam bergaul. Bisa berbincang dan bertanya dengan siapa saja. Ini adalah sosialisasi nyata.

"Ikut homeschooling apa?"
Tidak ikut, belajarnya sama ibunya, tidak panggil guru.

"Homeschooling pasti lebih mahal dari sekolah biasa ya?"
Tergantung. Yang jelas dengan hs, perhitungan keuangan untuk biaya pendidikan anak bisa diketahui dengan pasti dan melihat apakah kegiatan itu memang dibutuhkan anak atau tidak.

"Mau homeschooling sampai kapan?"
Sampai SMA. Semakin anak dewasa seharusnya anak sudah mandiri untuk belajar. Tak disuapi atau dituntun terus.

"Semua anaknya homeschooling?"
Ya.

Belajar IPA

Buku pelajaran IPA berbahasa Indonesia sudah selesai dibaca dan dibahas, tapi masih mau melakukan percobaan karena masih penasaran, hanya saja peralatan masih harus mencari.
Ini yang sudah dilakukan. (anak pertama bilang orang mesir yang melakukan ini pertama kali).
Belajar tentang matahari dll.
Percobaan yang ini masih belum dilakukan, penasaran.
Belajar sains.

Anak pertama senang sekali bermain magnet, katanya ingin melakukan percobaan dengan magnet. Magnet bisa mengalirkan listrik apa tidak ya? Di buku belum menemukan yang ini.

Buku Cerita

Sejak 2 minggu yang lalu, anak pertama mulai melakukan kegiatan dengan program scratchyang sudah didownload sejak kami tinggal di Jepang.
Alhamdulillah setelah melihat teman sesama homeschooler, Yudish, anak pertama bersemangat kembali sampai sekarang. Anak pertama bilang Program scratch adalah program paling menarik dari program-program membuat game, buku yang pernah anak pertama coba.

Buku cerita berbahasa Jepang yang dibuat selama kurang lebih seminggu oleh anak pertama. Hasilnya bisa dilihat di sini.

Semangat terus ya, Nak. Semoga yang kamu cita-citakan tercapai dan membawa kebaikan bukan untuk hanya untuk dirimu tapi juga untuk manusia semuanya.
Semangat terus ya Nak.

Selasa, 08 Juni 2010

Mencoba Hal Baru

Anak keduaku semakin lancar membaca huruf hiragana dan mulai sedikit bisa membaca huruf katakana (padahal aku belum mengajarinya). Dan tentunya semakin sering membaca, walau anakku terus bilang tidak suka membaca dan tidak mau diajak ke toko buku.
Selain itu anakku pun senang mencoba hal yang dilakukan kakaknya seperti ingin juga bisa pembagian (aku tidak menyarankannya), ikut percobaan yang dilakukan kakak dan mencoba membantu pekerjaan rumah (memandikan adik, mencuci piring).

Menghubungkan Informasi

Setelah menyelesaikan satu buku matematika. Sekarang anak pertamaku mulai membaca buku IPA, terkadang aku yang membacakan juga. Kegiatan membaca buku IPA ini tak hanya diikuti anak pertamaku, anak keduaku pun senang mengikutinya. Setiap hari satu bab.
Ketika ada hal yang pernah dibaca oleh anakku di buku lain yang berhubungannya dengan yang dibaca, anakku akan memberitahukan mengenai hal itu, bahkan dicarinya buku mengenai hal yang dibicarakan.
Anak pertamaku memang sedang senang menghubungkan informasi dari satu buku dengan buku yang lain, seperti di cerita orang kafir yang ingin membunuh nabi Muhammad,SAW (ada buku yang menulis orang kafir tersebut dibuat tidur dan ada juga yang menulis dilempar pasir sehingga tidak bisa melihat).
Anakku berusaha memenuhi keingintahuannya dengan mencari informasi sendiri. Selain dari buku, sudah mulain mencari dari mesin pencari google.

Membuat Catatan


Aku terinspirasi oleh Bu Lovely dari Kerlip, setelah melihat hasil tulisan anaknya Deli (9) tentang darah.
Setelah mengkomunikasikan ke anak pertamaku. Anakku mau membuat catatan mengenai buku yang telah dibacanya, seminggu cukup satu buku, walau buku yang dibacanya dalam sehari bisa lebih dari dua buku.
Anakku sudah dua kali membuat catatan dari buku yang telah dibacanya dan dipilihnya sendiri.
Tujuannya agar anakku bisa leibh mengingat akan yang dibacanya selain juga berlatih menulis.


Selain hal itu aku membuatkan kolom perasaan tentang apa yang dirasakan anakku hari ini walau belum konsisten. Tujuannya agar anakku bisa terbiasa melakukan evaluasi terhadap yang dilakukannya dalam satu hari.

Minggu, 09 Mei 2010

Berkebun


Berkebun adalah salah satu kegiatan yang aku masukkan dalam homeschooling kami.
Ketika aku pertama kali mempunyai ide menanam kacang hijau dan kacang tanah, anak-anak tampak antusias. Sengaja aku tanam dua buah kacang untuk melihat persamaan dan perbedaan kedua tanaman itu. Kacang-kacang itu pun ditaman di dua media yang berbeda, yaitu di tanah dan di atas tissu berair.
Anak pertama membuat bagan pertumbuhan tanaman, selama seminggu diamatinya tanaman tersebut dan disiraminya.
Setelah lebih dari seminggu, anak-anakku mulai tak peduli pada tanamannya. Akhirnya aku yang menyiram tanaman sampai kira-kira berumur tiga minggu, lalu aku berinisiatif memindahkan tanaman di media tissu ke tanah.
Aku meminta anak pertamaku mambantuku, tapi dia tampak tak bersemangat, walaupun mengerjakannya juga.
Setelah hari itu, hanya aku yang memperhatikan tanaman kacang itu.

Awalnya aku merasa telah gagal membuat anakku suka berkebun. Tapi sekarang aku merasa senang karena aku jadi tahu apa yang benar-benar disukai anak-anakku. Anak-anakku tak perlu terpaksa mengerjakan sesuatu yang tak disukainya, tak perlu merasa harus mengerjakan karena teman juga mengerjakan atau takut nilai jelek seperti ketika di sekolah dulu.
Aku ingat sewaktu di Jepang dulu, anak pertamaku mendapat menanam dan merawat bunga. Sebetulnya bila aku lihat anakku memang tak suka mengerjakannya tapi aku sering mengingatkannya untuk melakukan tugas sekolahnya itu.
Begitulah di sekolah karena semua telah masuk kurikulum, murid harus patuh mengikutinya, yang terkadang aku sebagai orang tua bila tidak benar-benar ingin mengetahui apa yang menjadi minat anak, bisa menganggap bahwa yang diajarkan di sekolah adalah perlu dan bahkan pernah aku berpikir salah bahwa anakku sangat menyukai kegiatan sekolahnya.
Seperti terhadap anak keduaku, aku berpikir anakku sangat bergembira dengan pesta olahraga yang diadakan tiap tahun di sekolahnya, apalagi anak keduaku sering bercerita menjadi nomor satu dalam lomba berlari. Di hari-hari terakhir menjelang hari pesta olahraga, anak keduaku tidak mau pergi sekolah, katanya bosan lomba lari terus. "Aku tidak ingin ikut pesta olahraga", ucapnya. Apalagi hari pesta olahraga bertepatan dengan jadwal berenang, yang merupakan kegiatan yang disukainya. Apa yang harus aku lakukan? Sebelum aku mengenal homeschooling, aku tentu akan merayu bahkan memaksa anakku untuk ikut pesta olahraga, alhamdulillah kali ini aku biarkan anakku dengan keputusannya.

Apakah berarti anakku hanya melakukan yang disukainya? Tentu tidak, waktu untuk mengerjakan sesuatu yang tidak disukainya sebatas hal yang perlu diketahuinya saja.

Sabtu, 08 Mei 2010

Kepik


Ketika sedang mencabuti rumput, Ibu tidak sengaja menemukan kepik. Kalau rumput dipotong bapak pemotong rumput, kesempatan menemukan kepik berkurang.
Ini juga satu-satunya kepik yang Ibu temukan, kepik imut.
Kepik dalam bahasa Jepangnya disebut tentou mushi. Kalau di Jepang dulu, kami sering menemukan kepik.
Setelah dilihat-lihat kepik dilepaskan kembali.

Beberapa jenis kepik bisa dilihat di sini.

Membuat Animasi


"Bu, Aku ingin membuat animasi."

"Silakan."

"Pakai fluxtime?"

"Ngga deh itu bayar."

"O, iya baru ingat, di tuxpaint kita juga bisa membuat animasi."

Tiba-tiba saja jadi ingin membuat animasi. Padahal sedang senang-senangnya membuat game, apa karena internet mulai lambat. Kan kalau program tuxpaint yang gratisan ngga harus pakai internet, karena sudah didownload.
Jadinya sekarang sambil membuat game, membuat juga animasi.

Sabtu, 01 Mei 2010

Terampil Bersahabat

Buku ini kupersembahkan untuk diriku mendidik anak-anakku berhomeshooling.

Buku ini bagus sebagai petunjuk untuk sosialisasi. Masalah yang sering dikhawatirkan untuk anak-anak hs. Walaupun menurut penelitian, sosialisasi bukan masalah untuk anak hs.
Meskipun demikian, menurutku anak-anakku perlu mengetahui batasan-batasan dalam bersosialisasi.

Berikut kukutip tulisan yang menurutku bagus dalam buku ini.
"Ada dua kategori persahabatan. Pertama, Persahabatan yang terjadi kebetulan seperti persahabatan yang terjadi karena pertetanggaan atau perjumpaan di kantor, sekolah, pasar dan perjalanan. Kedua, Persahatan yang terjadi karena memang diinginkan dan dimaksudkan. Kategori kedua inilah yang dianjurkan karena persaudaraan karena Allah hanya terjadi pada kategori ini, pahala hanya terdapat pada perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dan atas dasar keinginan."

Kamis, 29 April 2010

Buku Api Sejarah

Buku api sejarah ini aku masukkan menjadi buku homeschooling kami, untuk mengetahui sejarah Indonesia. Gambarnya bisa dilihat di sini.

Berhubung anak pertamaku sangat senang membaca sejarah. Selain buku sejarah nabi Muhammad, saw yang masih terus dibaca. Anak pertamaku juga senang membaca buku sejarah dunia dan sejarah Jepang, buku-buku itu berbentu komik sehingga membuat anakku betah membacanya.
Kebetulan juga di situs ini, ada cerita sejarah Jepang, maka tak bosan-bosannya anakku mengunjungi situs itu.

Sepertinya manusia senang akan sejarah, kalau aku membaca Al-Qur'an, banyak cerita sejarah nabi-nabi sebelum nabi Muhammad, saw dan orang-orang terdahulu.
Allah melakukannya agar kita mengambil pelajaran.

Jadi dengan sejarah yang benar akan ada pelajaran yang diambil.

Mencari Yang Berbeda

Anak kedua sempat membuat game di sini, tapi hari itu komputer sebelah tidak bisa jalan internetnya, terpaksa hanya bisa melihat kakak membuat game.

Bosan melihat kakaknya diambilnya kertas hvs, lalu mulailah menggambar.
Setelah selesai disuruhnya kakaknya mencari gambar yang berbeda. Kakaknya langsung tahu.
Lalu pergi menujuku.

"Bu coba cari mana yang berbeda?"
Saya lihat gambar orang bermata satu (ini kan salah menurutku), dan ternyata ada satu gambar orang bermata dua. Tapi karena masih bingung kubilang, "Ngga tau."

"Ini dong Bu yang berbeda yang matanya dua."

"He he, iya ya."

Membuat game tak perlu di komputer.

Moci Warna Warni


Moci makanan yang terbuat dari tepung beras ketan ini adalah makanan kesukaan anak-anakku.
Ketika pertama kali aku mengajukan ide untuk membuat moci, anak-anakku langsung berteriak setuju.

Lalu kubeli sebungkus tepung beras ketan, pewarna makanan warna hijau, kuning dan merah muda, dan juga gula.
Hari berikutnya kami membuat moci bersama-sama.
100 gr tepung beras ketan, 20 gr gula dan air hangat yang ditambahkan sampai adonan bisa dibentuk, lalu dibagi 3 bagian untuk diberi warna yang berbeda.

"Wah adonannya jadi merah jambu."
"Aku ingin memasukkan adonan ke panci (yang berisi air mendidih) juga, Bu."
"Aku ingin melihat juga bagaiman moci di dalam panci."
"Mocinya sudah ke atas, ayo diambil."

Akhirnya tiba saatnya moci dimantap.

"Bagaimana rasanya."
"Enak, tapi kurang manis."
"Coba tambahkan gula bubuk."
"Jadi lebih enak."
"Nanti kita coba lagi membuat mocinya ya, jumlah gulanya ditambahkan, gimana?"
"Iya, iya, kita buat lagi."

Minggu depannya kami membua moci kembali dengan penambahan jumlah tepung dan jumlah gula. Yang terjadi adalah adonan lengket, mungkin karena gula terlalu banyak ditambahakan dan air yang digunakan masih terlalu panas.
Akhirnya bentuk adonan menjadi tidak bagus, walau rasa lebih enak kalau kata anak kedua.

"Bagaimana nanti kita coba lagi?"
"Iya, coba dikurangi gulanya."

Gagal bukan berarti tak bisa mencoba lagi.

Selasa, 27 April 2010

Kenapa Memilih Homeschooling

Sebenarnya aku pertama kali mengenal kata homeschooling dari seorang temanku sekitar tahun 2004. Ketika itu aku tidak begitu mengerti tentang homeschooling.
Sekitar tahun 2008, aku sering membaca blog temanku mengenai homeschooling, lalu aku mulai mencari-cari sendiri mengenai apa itu homeschooling sampai akhirnya mengerti.

Anak pertama dan keduaku sempat sekolah di Jepang, karena sebelumnya kami pernah tinggal di Jepang.

Sebelum mengenal homeschooling aku merasa aman dalam artian tidak perlu ada kekhawatiran mengenai anakku baik secara akademis maupun secara sosial (walaupun secara sosial aku sedikit khawatir karena kami bukan orang Jepang) karena katanya sistem pendidikan di Jepang termasuk yang bagus, buktinya bisa kita lihat sekarang, Jepang menjadi negara maju.
Anakku pasti sangat menyukai sekolahnya pikirku tanpa berpikir sebaliknya.
Begitupun kalau ada kegiatan sekolah aku selalu menganggap sebagai sesuatu yang baik dan dibutuhkan anak, tanpa memikirkan perasaan anak.
Walaupun aku di rumah tetap menemani anak-anakku dengan mengajaknya melakukan yang tidak dilakukannya di sekolah seperti mengajaknya ke perpustakaan, bermain di taman dan bersepeda.

Setelah mengenal homeschooling aku mulai lebih memperhatikan perasaan anakku, cara bergaul anakku dengan temannya, cara mengajar guru, perlakuan guru kemuridnya dan sejauh mana anakku paham dengan pelajarannya.

Ternyata anak pertamaku tidak begitu menyukai sekolahnya, gurunya tidak mau menjawab pertanyaan anakku di luar yang dipelajari di sekolah, anakku masih harus aku ajar lagi di rumah karena belum paham pelajaran di sekolah. Sementara anak keduaku terpengaruh sifat buruk, seperti sering memamerkan sesuatu barang yang baru dimilikinya. Belum lagi anak pertamaku merasa kekurangan waktu melakukan minatnya.

Mungkin itu hanya terjadi pada anakku tidak terjadi pada anak orang lain.
Atau mungkin akunya saja yang tidak bisa mendidik anak-anakku.

Akhirnya aku memilih homeschooling, sampai di mana anakku paham pelajaran akademis aku bisa tahu. Selain itu aku bisa memasukkan pelajaran akhlak untuk homeschooling kami, seperti membacakan kisah orang berbudi baik, kisah nabi, bagaimana bisa masuk surga, dll.

Alasan yang tidak cukup kuatkah?

Senin, 26 April 2010

Membuat Game

"Ibu aku ingin bisa punya uang sendiri, aku ingin membuat sesuatu."

"Ya, buat saja."

"Aku masih bingung mau buat apa."

"Buat komik atau bukunya diteruskan saja, dibuat yang baik."

"Aku kesulitan sekali membuat di komputer, aku lebih suka pakai pensil tapi hasil gambarnya tidak sebagus di komputer."

"Jadi bagaimana dong?"

"Aku ingin membuat game saja, bagaimana caranya, Bu?"

Setelah ibu cari-cari internet, ibu dapat dua tautan, yang ini dan yang itu, untuk anak pertama belajar membuat game, walau bukan sebagai yang membuat program. Anak pertama juga tahu akan hal ini.
Tak apa untuk tahap awal belajar menurut saya.
Berkreasi di dua tautan ini dan dapat dipublikasikan sehingga bisa memdapat penilaian dari orang lain.
Sampai saat ini anak pertama masih terpacu membuat game yang baru.

Selain itu anak pertama, sedikit lebih terpacu menanyakan tentang arti bahasa Inggris dan belajar cara menuliskannya karena akan digunakan sebagai pesan di game.

Senin, 19 April 2010

Atlet Renang

Baru sekali anak-anakku mengikuti kursus renangnya.
Alhamdulillah mereka senang mengikutinya.

"Anak pertama Bapak sudah bagus berenangnya, saya jamin dalam waktu 2 bulan anak bapak bisa ikut kelas prestasi", ungkap pelatih renang.

"Kelas prestasi? Apa itu?", tanya bapak.

"Kelas untuk mempersiapkan anak menjadi atlet renang. Bayarnya juga lebih murah, walau setiap hari berlatih", ungkap pelatih renang lagi.

"Memangnya apa keuntungan jadi atlet renang?", tanya bapak.

"Wah, enak Pa, anak bapak bisa punya uang saku sendiri tiap bulan yang cukup besar, belum lagi kalau menang lomba, hadiahnya lumayan besar. Banyak uangnya dibanding pelatih", ungkap pelatih renang yang lain.

Menjadikan anak atlet renang, tak pernah terbayangkan oleh Bapak, karena alasan mengkursuskan anak berenang, pertama karena dalam Islam dianjurkan agar anak dilatih berenang, selain itu untuk kesehatan fisik anak.
Tapi terserah anaknya, siapa tahu mereka mau.

Atlet renang, profesi yang jarang dilirik orang, padahal atlet renang anak-anak saja bisa mendapatkan uang saku yang lumayan.
Kan sebenarnya enak ya jadi atlet renang, badan sehat juga dapat uang.
Menjadi atlet renang juga tak perlu ijazah sekolah.

Jadi rugi sekali kalau sekolah cuma cari ijazah untuk kerja alias cari uang.
Apalagi kalau harus menunggu lulus kuliah dulu baru bisa dapat uang, rugi.

Mulai sekarang harus dirubah niat sekolahnya dan mulai belajar untuk mandiri mendapatkan penghasilan.

Perasaan bisa mandiri, bisa membuat sesuatu yang berharga sendiri, menghasilkan uang sendiri sedari kecil, berpretasi bukan sekedar akademik, menurutku akan membuat anak tidak mudah meminta, tentu masih banyak faktor selain ini.
Dan tentunya menghasilkan uang bukan dari meminta-minta.


"Bukankah nabi Muhammad juga sudah belajar menjadi pengusaha sejak kecil? dan tentu belajarnya bukan di sekolah".

Cerita Nabi

"Bacakan terus dong Bu, aku ingin tahu".

"Malam ini Ibu bacakan cerita nabi Yusuf lagi ya".

Anak pertama memang sangat senang dibacakan arti dari bacaan Al- Qur`an yang telah dibacakan, apalagi bila itu cerita tentang nabi.
Sebenarnya bukan anak pertama saja, anak kedua juga senang, ketika tahu kakaknya akan dibacakan cerita, anak kedua langsung bilang, "aku juga ingin mendengarkan".


Menceritakan kisah dalam Al Qur`an sebagai salah satu cara agar anak mencintai Al- Qur`an seperti yang ditulis oleh Dr. Sa`ad Riyadh dalam bukunya "Langkah mudah menggairahkan anak hapal Al- Qur`an".
Buku kecil tapi padat isi yang cukup enak dibaca karena terasa sekali kalau penulis seorang yang tahu tentang pendidikan anak.
Dibahas tentang bagaimana cara mendidik anak dari 0 usia agar mencintai Al- Qur`an tahap demi tahap.
Bagian yang paling aku sukai dari buku ini adalah bagian "Bagaimana menjadikan anak mencintai Anda".

InsyaAllah bermanfaat sekali buku ini bagiku.

Jumat, 16 April 2010

Menggunakan Kamus

Ceritanya ingin tetap berusaha mempertahankan bahasa Jepang anak-anak.
Karena saya bukan guru ahli dan karena saya juga masih belajar.

Yang saya lakukan selain mengajak berbicara bahasa Jepang, menambah kosakata anak dengan menyediakan medianya bisa internet dengan mendengar cerita online, game, musik. Bisa mengerjakan lembar kerja, lihat ini. Bisa juga dengan menyediakan buku.

Anak pertama tiap hari menulis huruf kanji, sedang anak kedua menulis hiragana.
Ketika sedang mengerjakan lembar kerja biasanya ada kata atau kalimat yang tidak dimengerti, karena itu harus menggunakan kamus baik berupa buku dan kamus online. Bagaimanapun penggunaan kamus sangat penting dan anak diupayakan untuk bisa menggunakannya sendiri.

Mulai Paham Tentang Waktu

"15 April 2010" Anak Pertama.


Ketika Ibu membuka buku matematika kelas 2 . Ibu terkejut dengan materi yang diberikan. Ada beberapa materi kelas 2 di Indonesia, tetapi ternyata di Jepang baru akan diajarkan di kelas 3.

Belajar tentang waktu terasa sangat sulit untuk anak pertama. Apalagi bila ada soal cerita dan ada perubahan jam ke menit, anak pertama tampak kewalahan. Karena masih ada kosakata yang belum dimengerti, sehingga selain belajar matematika, anak pertama juga belajar bahasa Indonesia.

Hampir tiap hari selama seminggu belajar tentang waktu, dengan proses belajar 30 menit.
Selain menggunakan buku di atas, anak pertama berlatih soal matematika online berbahasa Jepang. Untuk tentang waktu ada di bagian kelas 3.

Alhamdulillah sekarang sudah mulai mengerti.

Nasi Goreng

"5 April 2010" Anak pertama. Di dapur.


Hari Minggu tanggal 4 April sekitar pukul 4:00 pergi untuk melihat kegiatan karate untuk kemudian mendaftarkan anak pertama yang memang sudah ingin ikut sejak di Jepang dulu.

Sementara itu Ibu berbelanja di toko dekat tempat berlatih karate.

Karena kemalaman kita terpaksa makan malam di toko tersebut.

Hari itu anak-anak memilih menu yang belum pernah disukainya. Anak pertama memilih nasi goreng dan anak kedua memilih empek-empek.

Anak kedua tampak tidak menikmati menu yang dipilihnya, sementara anak pertama tampak menikmatinya.

"Enak ya nasi gorengnya", seru anak pertama.

"Iya ya, harganya lumayan mahal", seru ibu.

"Padahal kalau kita buat sendiri bisa dimakan berapa orang nasi gorengnya dengan harga segitu", seru ibu lagi.

"Kita bisa buat sendiri?", tanya anak pertama penasaran.

Karena sudah tahu anak pertama suka, ibu berinisiatif memasak nasi goreng untuk menu makan malam keesokan harinya. Anak pertama langsung senang.

Ketika Ibu akan membaut nasi goreng, anak pertama sudah siap dengan kertas dan pensil untuk mencatat bahan dan cara membuat nasi goreng.

"Ibu, enak nasi gorengnya", seru anak pertama sambil memakan nasi gorengnya.

"Ternyata mudah ya membuat nasi goreng. Aku ingin jual nasi goreng juga ah", seru anak pertama lagi.

Aku Bisa Bersepeda

"11 April 2010" Anak kedua.


"Ibu aku ingin bisa naik sepeda roda dua", seru anak kedua.

"Kalau begitu kita minta bapak melepas roda kecilnya nanti ya", seru ibu.

Hari pertama belajar, minta ditemani bapak. Ingin belajar terus, walau udara panas terik, dan bapak terpaksa menolak menemani karena tidak tahan kepanasan. Latihan pun terhenti.

Hari kedua bapak pergi ke kantor, terpaksa harus berlatih dengan ibu.
Tapi ibu harus menyelesaikan tugas di rumah dulu dan hari sudah cukup panas untuk bermain di luar, terpaksa hanya berlatih di halaman belakang.Ketika sore hari akan keluar berlatih hujan turun.

Hari ketiga sama dengan hari kedua, berlatih di halaman belakang.

Hari keempat pagi hari berlatih di halaman belakang, sore hari berlatih di luar rumah.

Hari kelima, siang hari berlatih di luar rumah pergi ke toko sayur, begitu juga sore harinya.

Hari keenam, karena udara cukup sejuk, pagi hari berlatih di luar rumah.

"Ibu, adik sudah bisa", seru anak pertama tiba-tiba.

Ibu langsung berhenti menyapu halaman.

"Wah iya sudah bisa, selamat ya", seru ibu.

"Kita ambil videonya, biar nanti diperlihatkan ke bapak", seru ibu lagi.


Di lain kesempatan anak kedua berkata,"Ibu aku berusaha terus untuk bisa bersepeda dan akhirnya aku bisa."

Setelah sempat merasa tidak bisa berkali-kali, tapi keinginan untuk bisa bersepeda dapat mengalahkan perasaan itu untuk terus berusaha berlatih akhirnya sekarang sudah benar-benar bisa bersepeda.

InsyaAllah semua bisa terjadi atas ijin-Nya.

Aku Tidak Suka Buku

"16 April 2010" Anak Kedua. Di ruang keluarga.


"Coba kita nyalakan komputer yang satunya lagi, supaya bisa bermain game yang disukai, bukan menjadi penonton kakak", seru ibu.

"Tidak aku ingin yang sama seperti kakak, tapi bermain sendiri", seru anak kedua.

"Baiklah, ayo kita buka", seru ibu.

Setelah menunggu beberapa lama halaman yang seperti kakak tak kunjung terbuka.

"Kita cari yang lain sambil menunggu ya, bagaimana kalau halaman membaca buku?", tanya ibu.

"Tidak-tidak aku tidak mau membaca buku, aku tidak suka buku, aku suka game", rengek anak kedua.

"Iya-iya ini halaman game juga kok", seru ibu.

"Oiya, aku mau", seru anak kedua.


Begitulah anak kedua walau sekarang tiap hari membaca buku sendiri karena sudah bisa membaca huruf hiragana dan kadang-kadang minta dibacakan buku, tetap bilang tidak suka buku.

Selang Penyemprot Mobil Bapak

"10 April 2010" Anak Pertama. Mencuci Mobil.


"Wah ada pelangi, itu lihat", teriak anak pertama dari luar rumah.

"Iya, iya pelangi", terdengar teriakan anak kedua dari luar rumah.

"Mana pelanginya?", tanya ibu penasaran.

"Oiya, ada pelanginya", seru ibu.

"Kok bisa ya ada pelangi di situ?", tanya ibu.

"Iya kan di semprot air", jawab anak pertama.

"Tapi kenapa pelanginya hanya ada di situ?", tanya ibu lagi.

"Iya airnya disemprotkan ke tempat yang ada sinar mataharinya", jawab anak pertama lagi.

"Memangnya apa yang terjadi?", tanya ibu lagi.

"Sinar mataharinya mengenai butir air, lalu terjadilah pelangi", jawab anak pertama lagi.


Akhirnya kesampaian juga melakukan percobaan membuat pelangi dengan selang penyemprot air dengan ujung seperti shower.

Sabtu, 03 April 2010

Ada Lubang Tapi Air Tidak Keluar

"9 April 2010". Anak Pertama. Percobaan di dapur.

"Bu, coba lihat ini, botol plastik ini berlubang, tetapi air di dalamnya tidak keluar."

Ibu langsung menekan botol tersebut untuk memastikan bahwa botol tersebut berlubang.
Air keluar, berarti ada lubangnya.

"Jangan ditekan dong, Bu, kalau ditekan airnya akan keluar, dibiarkan saja."

"Kok bisa ya tidak keluar?", tanya si ibu bingung.

"Iya dong, kan ditutup diatasnya", jawab si anak.

"Memangnya kenapa kalau ditutup kok tidak keluar?", tanya si ibu lagi penasaran.

"Iya kan udara didalam dan diluar tekannya sama-sama", jawab si anak mencoba menjelaskan.

"Coba tutupnya di buka", pinta si ibu.

"Ya, airnya akan keluar dong, kan udara dari luarnya banyak yang menekan", jawab si anak lagi.

Ibu hanya bisa mengangguk-angguk sambil mengingat-ingat pelajaran fisika yang pernah dipelajarinya di sekolah. Hukum apa ya?