"Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kepadaku dari sisi-Mu anak keturunan yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa." (Q.S.Imran [3]: 38)

Selasa, 27 April 2010

Kenapa Memilih Homeschooling

Sebenarnya aku pertama kali mengenal kata homeschooling dari seorang temanku sekitar tahun 2004. Ketika itu aku tidak begitu mengerti tentang homeschooling.
Sekitar tahun 2008, aku sering membaca blog temanku mengenai homeschooling, lalu aku mulai mencari-cari sendiri mengenai apa itu homeschooling sampai akhirnya mengerti.

Anak pertama dan keduaku sempat sekolah di Jepang, karena sebelumnya kami pernah tinggal di Jepang.

Sebelum mengenal homeschooling aku merasa aman dalam artian tidak perlu ada kekhawatiran mengenai anakku baik secara akademis maupun secara sosial (walaupun secara sosial aku sedikit khawatir karena kami bukan orang Jepang) karena katanya sistem pendidikan di Jepang termasuk yang bagus, buktinya bisa kita lihat sekarang, Jepang menjadi negara maju.
Anakku pasti sangat menyukai sekolahnya pikirku tanpa berpikir sebaliknya.
Begitupun kalau ada kegiatan sekolah aku selalu menganggap sebagai sesuatu yang baik dan dibutuhkan anak, tanpa memikirkan perasaan anak.
Walaupun aku di rumah tetap menemani anak-anakku dengan mengajaknya melakukan yang tidak dilakukannya di sekolah seperti mengajaknya ke perpustakaan, bermain di taman dan bersepeda.

Setelah mengenal homeschooling aku mulai lebih memperhatikan perasaan anakku, cara bergaul anakku dengan temannya, cara mengajar guru, perlakuan guru kemuridnya dan sejauh mana anakku paham dengan pelajarannya.

Ternyata anak pertamaku tidak begitu menyukai sekolahnya, gurunya tidak mau menjawab pertanyaan anakku di luar yang dipelajari di sekolah, anakku masih harus aku ajar lagi di rumah karena belum paham pelajaran di sekolah. Sementara anak keduaku terpengaruh sifat buruk, seperti sering memamerkan sesuatu barang yang baru dimilikinya. Belum lagi anak pertamaku merasa kekurangan waktu melakukan minatnya.

Mungkin itu hanya terjadi pada anakku tidak terjadi pada anak orang lain.
Atau mungkin akunya saja yang tidak bisa mendidik anak-anakku.

Akhirnya aku memilih homeschooling, sampai di mana anakku paham pelajaran akademis aku bisa tahu. Selain itu aku bisa memasukkan pelajaran akhlak untuk homeschooling kami, seperti membacakan kisah orang berbudi baik, kisah nabi, bagaimana bisa masuk surga, dll.

Alasan yang tidak cukup kuatkah?